Universitas Islam Bandung (Unisba) menerima kunjungan Wakil Menteri Sosial Republik Indonesia (Wamensos RI), Agus Jabo Priyono, yang hadir sebagai pemateri dalam acara Social Talk! bertajuk Kemiskinan Bukan Takdir: Aksi dan Solusi untuk Masa Depan Lebih Baik. Acara ini diselenggarakan oleh BEM Fakultas Hukum Unisba dan berlangsung di Aula Unisba pada Jumat (10/1/2025), dengan dihadiri oleh mahasiswa serta siswa SMA.
Dalam kunjungannya, Wamensos RI menyampaikan materi bertema Graduasi Kemiskinan Menuju Indonesia Emas 2045. Beliau menekankan pentingnya pemberdayaan dan produksi sebagai langkah strategis untuk mencapai graduasi kemiskinan di Indonesia.
“Graduasi kemiskinan adalah upaya untuk mendorong masyarakat keluar dari kemiskinan dengan memberdayakan mereka dan membuka akses yang lebih luas terhadap sumber-sumber produksi,” ujar Agus Jabo Priyono.
Menurutnya, Kemensos berkomitmen untuk memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi masyarakat agar dapat meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.
Selain itu, Wakil Menteri juga menekankan peran penting pilar-pilar sosial. “Tugas pilar-pilar sosial bukan hanya menjaga kelompok rentan dan bermasalah, tetapi juga aktif dalam pemberdayaan dan proses produksi. Dengan demikian, masyarakat dapat hidup mandiri dan graduate dari kemiskinan,” jelasnya.
Agus Jabo juga menyoroti bahwa tanpa pemberdayaan dan produksi, tidak akan ada graduasi kemiskinan maupun peningkatan perkembangan masyarakat secara kualitatif, baik di bidang ekonomi maupun sosial. “Tidak akan ada kemajuan jika pemberdayaan dan produksi tidak berjalan beriringan,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Rektor II Unisba, Prof. Dr. Atih Rohaeti Dariah, S.E., M.Si., turut memberikan pandangannya mengenai upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. “Untuk pengentasan kemiskinan yang paling krusial adalah bagaimana meningkatkan investasi di modal manusia, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Jadi, solusinya harus diiringi dengan peningkatan akses pendidikan dan kesehatan,” jelas Prof. Atih.
Beliau juga menekankan pentingnya pemberdayaan yang berbasis investasi pada modal manusia. “Ketika berbicara pemberdayaan, diperlukan peningkatan skill dan pengetahuan. Karena pada dasarnya, untuk menciptakan nilai tambah diperlukan ilmu dan teknologi,” tambahnya.
Menurut Prof. Atih, keluarga miskin perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, namun hal ini harus didukung dengan peningkatan kapasitas mereka.
“Saya yakin, mereka yang berada dalam kategori miskin memiliki potensi dan kompetensi yang belum dioptimalkan. Yang penting adalah bagaimana memberikan motivasi dan upaya untuk mengoptimalkan kapasitas tersebut, tentunya difasilitasi oleh lingkungan sekitar,” jelasnya.
Prof. Atih juga menyampaikan bahwa untuk mendorong graduasi kemiskinan secara akseleratif, masyarakat miskin perlu didorong untuk tidak hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga keluar dari status kemiskinan melalui peningkatan keterampilan dan kapasitas pengetahuan mereka. [ ]
Dok Foto : Komhumas Unisba